Rabu, 29 Mei 2013

Wazan-wazan Isim Fa'il



1.      Pengertian Isim Fa’il
اِسْمُ الْفَاعِلِ هُوَمَا دَلَ عَلَى مَنْ وَ قَعَ مِنْهُ الْفِعْلُ.
Yaitu kalimat yang menunjukkan arti orang yang melakukan pekerjaan.                
Contoh:            نَاصِرٌ(orang yang menolong)
                                    ضَارِبٌ (orang yang memukul)
Menurut Syeikh Muhammad al-Hudlori isim fail adalah:
مَا دَلَ عَلَى فَاعِلِ الحَدِثِ وجَرَى مَجْرَى الْفِعْلِ فِى اِ فَا دَةِ الْحُدُوثِ
Yaitu kalimat yang menunjukkan arti orang yang melakukan pekerjaan dan kalimat tersebut punya kesamaan dengan kalimat fiil dalam memiliki makna yang tidak melekat.

2.      Wazan-wazan Isim Fa’il
a.       Wazan Isim Fa’il dariFi;il Tsulatsi Mujarrod
Apabila hendak membentuk isim fa’il dari fi;il tsulatsi mujarrod, maka mengikuti wazanفَاعِلٌ . Hal ini bentuk kias dari setiap fi’il yang berwazan فَعَلَ tanpa memandang fi’il lazim atau fi’il mta’addi. Contoh:   ذَهَبَ فَهُوَ ذَاهِبٌ , ضَرَبَ فَهُوَ ضَارِبٌ
Apabila fi’il yang berwazan فَعِلَ adakalanya fi’il tersebut bersifat lazim atau muta’addi. Apabila fi’il tersebut bersifat muta’addi, maka menurut kias bentuk isim fa’ilnya pun mengikuti wazan فَاعِلٌ Contoh: عَلِمَ فَهُوَ عَالِمٌ , رَكِبَ فَهُوَ رَاكِبٌ
Sedangkan apabila fi’il tersebut (فَعِلَ) bersifat lazim atau termasuk fi’il yang berwazan فَعُلَ maka isim fa’ilnya berdasarkan sima’i. Mendatangkan isim fa’il dalam bentuk wazan فَاعِلٌ bagi fi’il yang berwazan فَعِلَ dan فَعُلَ merupakan suatu hal yang sedikit. Contoh:   حَمُضَ فَهُوَ حَامِضٌ , سَلِمَ فَهُوَ سَالِمٌ
Sebenarnya isim fa’il menurut kias bagi fi’il yang berwazan فَعِلَ apabila bersifat lazim, bentuk isim fa’ilnya adalah:
v  فَعِلٌ, untuk fiil-fiil yang menunjukkan arti sesuatu yang baru datang (bukan watak) yang tidak melekat, contoh:فَرِحَ فَهُوَ فَارِحٌ
v  أَفْعَلُ, untuk fiil-fiil yang menunjukkan arti warna atau kondisi yang tampak pada fisik, contoh: سَوِدَ فَهُوَ اَسْوَدُ
v  فَعْلَانُ, untuk fiil-fiil yang menunjukkkan arti penuh atau panas dalam tubuh, contoh:  عَطِشَ فَهُوَ عَطْشَانُ
Sedangkan isim fa’il dari wazan فَعُلَ  kebanyakan mengikuti wazan:
v  فَعْلٌ, contoh:شَهُمَ فَهُوَ شَهْمٌ
v  فَعِيْلٌ, contoh:جَمُلَ فَهُوَ جَمِيْلٌ
b.      Wazan Isim Fa’il dari Fi;il Selain Fi;il Tsulatsi Mujarrod
Wazan isim fa’il dari fi’il yang lebih dari tiga huruf adalah sesuai dengan fi’il mudlori’nya dengan cara mendatangkan huruf miim yang berharakat dlommah pada tempatnya huruf mudhoro’ah dan membaca kasroh huruf sebelumnya akhir secara mutlak. Contoh قَاتَلَ فَهُوَ مُقَاتِلٌ :
3.      Pengamalan dari Isim Fa’il
Isim fa’il itu adakalanya dita’rifkan dengan al dan adakalanya di bebaskan dari al.
Ø  Isim fa’il yang di bebaskan dari al
Isim fa’il yang di bebaskan dari al dapat disamakan dengan fi’ilnya dalam hal amal, yaitu dapat merafa’kan dan menashabkan apabila mengandung makna istiqbal (masa datang) atau hal (masa sekarang), dan tidak mengandung makna fi’il madhi. Akan tetapi Imam Kisai memperbolehkan isim fa’il yang bermakna madhi untuk beramal.
Isim fa’il tidak dapat beramal kecuali apabila bertopang kepada:
a.       Terletak sesudah istifham, contoh:اَضَارِبٌ زَيْدٌ عَمْرًا
b.      Terletak sesudah huruf nida, contoh:يَا طَالِعًا جَبَلًا
c.      Terletak sesudah nafi, contoh:مَا ضَارِبٌ زَيْدٌ عَمْرًا
d.      Berkedudukan sebagai naat, contoh: مَرَرْتُ بِرَجُلٍ ضَارِبٍ زَيْدًا
e.       Berkedudukan sebagai haal, contoh: جَاءَ زَيْدٌ رَاكِبًا فَرَسًا
Ø  Isim fa’il yang dita’rifkan dengan al
Apabila isim berkedudukan menjadi shilah alif lam (al), dapat beramal baik mengandung makna madhi, mustaqbal atau haal. Karena pada saat itu berkedudukan sebagai fi’il, dan merupakan suatu keharusan bagi shilah, hendaknya berupa jumlah. Contoh:   هَذَا الضَارِبُ زَيْدًا الأَمْسِ , هَذَا الضَارِبُ زَيْدًا غدًا , هَذَا الضَارِبُ زَيْدًا الآنَ
4.      Sifat Musabbahat yang Menyerupai Isim Fa’il
Pengertian dari sifat musabbahat yaitu:
هُوَمَاصِيْعَ مِنْ فِعْلِ لاَ زِمٍ لِقَصْدِ نِسْبَةِ الصِّفَةِ اِلَى الْمَوْصُوْفِ مِنْ غَيْرِ اِعْتِبَارِالزَّمَانِ
الْحَالِ وَاْلاِسْتِقْبَالِ وَالْمَاضِى
Yaitu kalimat isim yang dicetak (dari masdarnya) fiil lazim dengan tujuan untuk menisbatkan sifat pada maushuf (perkara yang disifati) tanpa memandang zaman hal istiqbal dan madli.
      Contoh:  حَسَنٌ (orang yang tampan)
Lafadz ini tercetak dari masdarnya fi’il lazim yaitu lafadz حُسْنًا , tujuannya untuk menisbatkan sifat tampan kepada seseorang tanpa melihat zaman maknanya lafadz ini yaitu tetapnya sifat tampan pada seseorang pada semua waktu.
Semua isim sifat yang tidak mengikuti wazan فَاعِلٌ  dinamakan sifat musabbahat, jika dikehendaki ma’na الثبوت (melekat) dan الدوام (langgeng)
Sedang penamaan sifat musabbahat dengan kata isim fail itu dikategorikan majaz. Jika isim sifat musabbahat itu dikehendai makna hudust (makna yang tidak selalu melekat) maka menjadi isim fail.
Sifat musabbahat yaitu suatu sifat yang melekat pada orang atau sesuatu yang disifati. Maka sifat musabbahat ini harus dicetak dari fiil lazim sedangkan isim fail dapat dicetak dari fiil lazim dan fiil mutaaddi.
Menurut al-asqoti dkk.: jika menghendaki sifat musabbahat yang menjelaskan arti hudust  (ma’na yang tidak selalu melekat) maka pindahlah ke wazan فَاعِلٌ
 Menurut as-Syatibi dkk didalam kitab at-Tasyrih menjelaskan: jika menghendaki maka hudust sesuatu yang bagus maka katakanlah   حَاسِنٌbukan حَسَنٌ
apabila isim fail ikut wazan  فَاعِلٌ  dimudhofkan ke isim yang dirafa’kannya yang otomatis menunjukkan makna melekat maka isim tersebut menjadi sifat musabbahat
Contoh:           طَاهِرُ  القَلْبِ    yang suci hatinya
 شَاحِطُ الدَارِ      yang sangat jauh rumahnya
Keserupaan Isim Sifat Musabbahat Dengan Isim Fail
Isim sifat musabbahat artinya secara bahasa yaitu isim sifat yang memiliki keserupaan dengan isim fail . keserupaannya adalah:
a.       Di dalam makna
Sama-sama menunjukkan pada suatu makna yang menetap pada suatu dzat.
b.      Di dalam lafadz
Isim sifat musabbahat ketika ditasniyahkan dimuanaskan dan dijamakkan itu serupa dengan isim fail, seperti:
حَسَنٌ حَسَنَةٌ حَسَنَانِ حَسَنُوْنَ حَسَنَاتٌ
hal ini sama dengan isim fail
     ضَارِبٌ ضَارِبَةٌ ضَارِبَانِ ضَارِبُوْنَ ضَاِربَاتٌ
Perbedaan Isim Sifat Musabbahat Dan Isim Fa’il
1.      Isim sifat musabbahat menujukkan sifat yang menetap pada seseorang dan selalu melekat contoh  حَسَنٌ  (orang yang tampan) sedangkan isim fail itu menunjukkan sifat yang menetap tetapi tidak selalu melekat contoh  قَائِمٌ    (orang yang berdiri).
2.       Isim sifat musabbahat pada qiyasnya tercetak dari fiil lazim dan tidak bisa dicetak dari fiil mutta’adi.
Sedang isim fail secara qiyasi bisa dibentuk dari fiil lazim maupun fiil muta’adi.
3.     Isim sifat musabbahat wazannya tidak mengikuti wazannya fiil mudhori’  (dalam segi mati dan hidupnya huruf) sedang isim fail itu mengikuti wazannya fiil mudhori’ seperti     قَائِمٌ   dalam segi mati dan hidupnya huruf itu sama dengan يَقُوْمُ.
4.       Isim sifat musabbahat boleh diidhofkan pada failnya bahkan hal ini yang terbaik.
Seperti    حَسَنٌ الخُلُقُ (yang baik akhlaqnya) boleh diucapkan حَسَنُ الْخُلُقِ
Sedang isim fail tidak boleh di idhofkan pada failnya seperti   قَائِمٌ ابُوْهُ  (yang berdiri ayahnya) tidak boleh diucapkan  قَائِمُ أَبِيْهِ
Isim sifat musabbahat dari fiil selain tsulasi mujarot itu sama dengan wazannya isim fail
Contoh:           مُعْتَدِلَ القَامَةِ      : yang bodinya sedang (proporsional)
                                                مُشْتَدُّالعَزِيْمَةِ    : yang kuat tujuannya