1. Pengertian Isim Fa’il
اِسْمُ الْفَاعِلِ هُوَمَا دَلَ عَلَى
مَنْ وَ قَعَ مِنْهُ الْفِعْلُ.
Yaitu kalimat yang menunjukkan arti
orang yang melakukan pekerjaan.
Contoh: نَاصِرٌ(orang yang
menolong)
ضَارِبٌ (orang yang
memukul)
Menurut Syeikh Muhammad al-Hudlori
isim fail adalah:
مَا دَلَ عَلَى فَاعِلِ الحَدِثِ وجَرَى مَجْرَى الْفِعْلِ فِى
اِ فَا دَةِ الْحُدُوثِ
Yaitu kalimat yang menunjukkan arti
orang yang melakukan pekerjaan dan kalimat tersebut punya kesamaan dengan
kalimat fiil dalam memiliki makna yang tidak melekat.
2. Wazan-wazan Isim Fa’il
a. Wazan Isim Fa’il dariFi;il Tsulatsi
Mujarrod
Apabila
hendak membentuk isim fa’il dari fi;il tsulatsi mujarrod, maka mengikuti wazanفَاعِلٌ . Hal
ini bentuk kias dari setiap fi’il yang berwazan فَعَلَ tanpa memandang fi’il lazim atau
fi’il mta’addi. Contoh: ذَهَبَ فَهُوَ ذَاهِبٌ , ضَرَبَ فَهُوَ ضَارِبٌ
Apabila
fi’il yang berwazan فَعِلَ
adakalanya fi’il tersebut bersifat lazim atau muta’addi. Apabila fi’il tersebut
bersifat muta’addi, maka menurut kias bentuk isim fa’ilnya pun mengikuti wazan فَاعِلٌ Contoh: عَلِمَ فَهُوَ
عَالِمٌ , رَكِبَ فَهُوَ رَاكِبٌ
Sedangkan
apabila fi’il tersebut (فَعِلَ) bersifat
lazim atau termasuk fi’il yang berwazan فَعُلَ maka
isim fa’ilnya berdasarkan sima’i. Mendatangkan isim fa’il dalam bentuk wazan
فَاعِلٌ bagi fi’il yang berwazan
فَعِلَ dan فَعُلَ merupakan
suatu hal yang sedikit. Contoh: حَمُضَ فَهُوَ حَامِضٌ , سَلِمَ فَهُوَ سَالِمٌ
Sebenarnya
isim fa’il menurut kias bagi fi’il yang berwazan
فَعِلَ apabila bersifat lazim, bentuk isim
fa’ilnya adalah:
v فَعِلٌ, untuk fiil-fiil yang menunjukkan arti
sesuatu yang baru datang (bukan watak) yang tidak melekat,
contoh:فَرِحَ فَهُوَ فَارِحٌ
v أَفْعَلُ, untuk
fiil-fiil yang menunjukkan arti warna atau kondisi yang tampak pada fisik,
contoh: سَوِدَ فَهُوَ اَسْوَدُ
v فَعْلَانُ, untuk fiil-fiil yang menunjukkkan arti
penuh atau panas dalam tubuh, contoh: عَطِشَ فَهُوَ عَطْشَانُ
Sedangkan isim
fa’il dari wazan فَعُلَ kebanyakan mengikuti
wazan:
v فَعْلٌ, contoh:شَهُمَ فَهُوَ شَهْمٌ
v فَعِيْلٌ, contoh:جَمُلَ
فَهُوَ جَمِيْلٌ
b. Wazan Isim Fa’il dari Fi;il Selain Fi;il
Tsulatsi Mujarrod
Wazan
isim fa’il dari fi’il yang lebih dari tiga huruf adalah sesuai dengan fi’il
mudlori’nya dengan cara mendatangkan huruf miim yang berharakat dlommah pada
tempatnya huruf mudhoro’ah dan membaca kasroh huruf sebelumnya akhir secara
mutlak. Contoh قَاتَلَ
فَهُوَ مُقَاتِلٌ :
3. Pengamalan dari Isim Fa’il
Isim fa’il itu
adakalanya dita’rifkan dengan al dan
adakalanya di bebaskan dari al.
Ø Isim fa’il yang di bebaskan dari al
Isim fa’il yang
di bebaskan dari al dapat disamakan
dengan fi’ilnya dalam hal amal, yaitu dapat merafa’kan dan menashabkan apabila
mengandung makna istiqbal (masa datang) atau hal (masa sekarang), dan tidak
mengandung makna fi’il madhi. Akan tetapi Imam Kisai memperbolehkan isim fa’il
yang bermakna madhi untuk beramal.
Isim fa’il tidak
dapat beramal kecuali apabila bertopang kepada:
a. Terletak sesudah istifham, contoh:اَضَارِبٌ
زَيْدٌ عَمْرًا
b. Terletak sesudah huruf nida, contoh:يَا
طَالِعًا جَبَلًا
c. Terletak sesudah nafi, contoh:مَا
ضَارِبٌ زَيْدٌ عَمْرًا
d. Berkedudukan sebagai naat, contoh: مَرَرْتُ
بِرَجُلٍ ضَارِبٍ زَيْدًا
e. Berkedudukan sebagai haal, contoh: جَاءَ زَيْدٌ
رَاكِبًا فَرَسًا
Ø Isim fa’il yang dita’rifkan dengan al
Apabila isim
berkedudukan menjadi shilah alif lam (al),
dapat beramal baik mengandung makna madhi, mustaqbal atau haal. Karena pada
saat itu berkedudukan sebagai fi’il, dan merupakan suatu keharusan bagi shilah,
hendaknya berupa jumlah. Contoh: هَذَا الضَارِبُ زَيْدًا
الأَمْسِ , هَذَا الضَارِبُ زَيْدًا غدًا , هَذَا الضَارِبُ زَيْدًا الآنَ
4. Sifat Musabbahat yang Menyerupai Isim
Fa’il
Pengertian dari sifat
musabbahat yaitu:
هُوَمَاصِيْعَ مِنْ فِعْلِ لاَ زِمٍ لِقَصْدِ نِسْبَةِ الصِّفَةِ اِلَى الْمَوْصُوْفِ مِنْ غَيْرِ اِعْتِبَارِالزَّمَانِ
الْحَالِ وَاْلاِسْتِقْبَالِ وَالْمَاضِى
Yaitu kalimat isim yang dicetak (dari
masdarnya) fiil lazim dengan tujuan untuk menisbatkan sifat pada maushuf
(perkara yang disifati) tanpa memandang zaman hal istiqbal dan madli.
Contoh: حَسَنٌ (orang yang tampan)
Lafadz ini tercetak dari masdarnya fi’il lazim yaitu
lafadz حُسْنًا , tujuannya untuk
menisbatkan sifat tampan kepada seseorang tanpa melihat zaman maknanya lafadz
ini yaitu tetapnya sifat tampan pada seseorang pada semua waktu.
Semua isim
sifat yang tidak mengikuti wazan فَاعِلٌ dinamakan sifat musabbahat, jika dikehendaki
ma’na الثبوت (melekat) dan الدوام (langgeng)
Sedang penamaan
sifat musabbahat dengan kata isim fail itu dikategorikan majaz. Jika isim sifat
musabbahat itu dikehendai makna hudust (makna yang tidak selalu melekat) maka
menjadi isim fail.
Sifat
musabbahat yaitu suatu sifat yang melekat pada orang atau sesuatu yang
disifati. Maka sifat musabbahat ini harus dicetak dari fiil lazim sedangkan
isim fail dapat dicetak dari fiil lazim dan fiil mutaaddi.
Menurut
al-asqoti dkk.: jika menghendaki sifat musabbahat yang menjelaskan arti
hudust (ma’na yang tidak selalu melekat)
maka pindahlah ke wazan فَاعِلٌ
Menurut as-Syatibi dkk didalam kitab
at-Tasyrih menjelaskan: jika menghendaki maka hudust sesuatu yang bagus maka
katakanlah حَاسِنٌbukan حَسَنٌ
apabila isim
fail ikut wazan فَاعِلٌ dimudhofkan ke isim yang dirafa’kannya yang
otomatis menunjukkan makna melekat maka isim tersebut menjadi sifat musabbahat
Contoh: طَاهِرُ القَلْبِ yang suci hatinya
شَاحِطُ الدَارِ yang sangat jauh rumahnya
Keserupaan Isim
Sifat Musabbahat Dengan Isim Fail
Isim sifat musabbahat
artinya secara bahasa yaitu isim sifat yang memiliki keserupaan dengan isim
fail . keserupaannya adalah:
a.
Di dalam makna
Sama-sama
menunjukkan pada suatu makna yang menetap pada suatu dzat.
b.
Di dalam lafadz
Isim sifat
musabbahat ketika ditasniyahkan dimuanaskan dan dijamakkan itu serupa dengan
isim fail, seperti:
حَسَنٌ حَسَنَةٌ
حَسَنَانِ حَسَنُوْنَ حَسَنَاتٌ
hal ini sama dengan isim fail
ضَارِبٌ ضَارِبَةٌ ضَارِبَانِ ضَارِبُوْنَ
ضَاِربَاتٌ
Perbedaan Isim
Sifat Musabbahat Dan Isim Fa’il
1.
Isim sifat
musabbahat menujukkan sifat yang menetap pada seseorang dan selalu melekat
contoh حَسَنٌ (orang yang tampan) sedangkan isim fail itu
menunjukkan sifat yang menetap tetapi tidak selalu melekat contoh قَائِمٌ (orang
yang berdiri).
2.
Isim sifat musabbahat pada qiyasnya tercetak
dari fiil lazim dan tidak bisa dicetak dari fiil mutta’adi.
Sedang isim fail secara qiyasi bisa dibentuk
dari fiil lazim maupun fiil muta’adi.
3.
Isim sifat
musabbahat wazannya tidak mengikuti wazannya fiil mudhori’ (dalam segi mati dan hidupnya huruf) sedang
isim fail itu mengikuti wazannya fiil mudhori’ seperti قَائِمٌ dalam segi mati dan hidupnya huruf itu sama
dengan يَقُوْمُ.
4.
Isim sifat musabbahat boleh diidhofkan pada
failnya bahkan hal ini yang terbaik.
Seperti حَسَنٌ الخُلُقُ (yang baik akhlaqnya) boleh diucapkan حَسَنُ
الْخُلُقِ
Sedang isim
fail tidak boleh di idhofkan pada failnya seperti قَائِمٌ ابُوْهُ (yang
berdiri ayahnya) tidak boleh diucapkan قَائِمُ أَبِيْهِ
Isim sifat
musabbahat dari fiil selain tsulasi mujarot itu sama dengan wazannya isim fail
Contoh: مُعْتَدِلَ القَامَةِ : yang bodinya sedang (proporsional)
مُشْتَدُّالعَزِيْمَةِ : yang kuat tujuannya